Senin, 25 Mei 2009
Rabu, 20 Mei 2009
Uuuupppzzz...ni waktu kita ngadain Team Building Training. Tp, knp ada ikhwah yang merayap di belakang...ya???
Selasa, 28 April 2009
Huuuupphh....Clinx.....Mari Perbaiki Diri....
Saling Menjaga Diri....Siiip Dech.....!
“Sekarang, susah sekali mencari pendamping ideal!” ungkap seorang lelaki yang berada tidak jauh dari tempat duduk kami sewaktu istirahat di kantin.
“Hee...” aku bergumam sambil memasang ekspresi wajah tanda tanya, mengapa.
“Iya, satu karena susah mendapatkan yang soulmate – sejiwa. Kedua, sekarang yang namanya tampilan cover belum sepenuhnya menggambarkan dalamnya gimana. Dengan kata lain, seorang yang nampak agamis belum tentu pribadinya agamis. Contohnya saja,” ia melihat kami sejenak dan melanjutkan “ maaf kata, mudah-mudahan kalian tidak termasuk, jilbaber sekarang yang nampaknya santun, lugu, ta’at ternyata pacaran juga.”
Saya mengernyitkan dahi. Ia melanjutkan, “Soalnya saya sendiri sudah pernah menguji jilbaber, mengajaknya menjadi kekasihku, ternyata jilbaber itu kasih lampu hijau. Lain kali lagi, saya dan teman-teman ingin menguji jilbaber lain. Soalnya saya masih ragu. Ternyata hasilnya tidak jauh beda, mereka mudah memberi lampu hijau…”
“Ahhhh…”
*****
Apa yang terbetik di hati, ketika orang mengatakan perempuan jilbaber gak jauh beda dengan perempuan yang gak mengcover dirinya dengan hijab rapi? Menolak tentunya plus sakit hati, bukan kita yang membuka cempedak eeeh getahnya belepotan sama kita.
Banyak sudah artikel yang ngungkapin kalau yang megang kunci biar pacaran gak terjadi, ada pada perempuan itu sendiri – jilababernya.
Tapi, adilkah bila perempuan selalu dituding salah melalaikan kunci dengan membuka hatinya menerima cinta yang belum menjadi haknya? Seolah-olah perempuan-lah yang selalu memulai aktivitas bernama pacaran. Padahal belum tentu, bukan? Banyak juga para lelaki-lah yang memulainya.
Cita-cita menjaga cinta yang dirdhoi Allah sebenarnya ada pada setiap perempuan (tanyakan pada nurani, insya Allah dia gak akan bohong : ) )
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu…” (QS. Al-Rum: 30).
Para mufassirin menjelaskan bahwa memang pada dasarnya manusia cenderung ingin berbuat kebaikan. Tapi, fitrah itu akan membelok dari kebaikan bila lingkungan buruk terlalu menguasai ditambah kita tidak mampu membentengi fitrah itu dengan penjagaan ketat.
Perempuan dengan perasaan lembutnya akan luruh juga bila para lelaki menciptakan suasana agar melangkah ke ‘sana’. Dan, setan yang semenjak dahulu kadung berjanji menggoda manusia sampai kiamat datang menghembuskan pembenaran aktivitas itu dengan mengatakan: langkah untuk mengenal lelaki yang cocok (ta’aruf), siapa tahu jodohan.
Ibarat kutub magnet, ia gak akan bergerak kalau tidak ada kutub berlawanan yang mendekati. Sehingga tidak lebih baik-kah kita menjaga kutub-kutub hati kita masing-masing agar tidak berdekatan?
Yah, laki-laki dan perempuan. Sebab, dalam al-Qur’an saja ada isyarat demikian (al-Nur: 30-31) yang kira-kira artinya:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…”
Artinya, perintah menjaga kesucian bukan hanya pada perempuan, bahkan pada ayat di atas laki-laki yang lebih dahulu diseru menjaga kesucian baru perempuan.
*****
Saling Menyalahkan, Bukan Solusi
Sepertinya, aktivitas yang satu ini (aktivitas?), bisa jadi tolak ukur seseorang menilai kualitas pribadi. Terutama buat para akhwat. Kenapa tidak? Sebab dari situ juga akan ternilai kualitas iman seseorang. Seorang yang imannya teguh akan berupaya menghindari aktivitas itu karena yakin akan muroqobatullah, pengawasan dari Allah. Dan, tidak berani memupuk cinta yang belum haknya
Memang tidak mudah menyadarkan orang yang sedang dilanda cinta semu. Terlalu indah untuk ditinggalkan, begitu kata mereka. Dalil haram pacaran-pun mungkin tidak digubris lagi, sebab mereka juga akan menggunakan dalil untuk membenarkan aktivitas tersebut: saling mengenal pribadi sebelum ke jenjang pernikahan!
Tidak menutup kemungkinan kita bisa menyadarkan saudara-saudari kita untuk meniti jalan yang lebih selamat. Bukan sekedar mencela. Sebab, mencela sama saja berusaha menjauhkan mereka dengan kita. Melihat kondisi seperti ini, tidak ada jalan lain kecuali menyadarkannya dengan nasehat, berusaha menciptakan kondisi yang kondusif untuk rukhuyahnya, dan berdo’a semoga Allah tetap menuntun jalan kita semua.
Intinya, dalam menjaga amanah dari Allah – menjaga kehormatan diri – ini, perlu sebuah i’tikad yang baik di anatara kita semua. Maka, bantu kami akhi menjaga cinta suci ini sampai Allah meridhoi-Nya….
Ruang Pelita, Padangsidimpuan
Tuk para mujahidah STAIN:
saling menguatkan, yuk!
Rabu, 15 April 2009
REFLEKSI HARI KARTINI; PEREMPUAN BERMATA PENA
REFLEKSI HARI KARTINI; PEREMPUAN BERMATA PENA
Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka
Itulah penggalan lirik lagu “Ibu Kartini” karya W.R Supratman yang sering dinyanyikan anak-anak TK. Begitu banyak kata yang mewakili untuk mengagumi dan mengenangkan jasa kartini. Tak ketinggalan juga berupa bangunan seperti yayasan dan sekolah Kartini yang didirikan oleh Van Da Venter, seorang tokoh politik etis. Sampai-sampai presiden Sukarno mengeluarkan Kepres (keputusan Presiden) Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Ibu kita Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, 21 April untuk diperingati sebagai hari besar yang kemudian dikenal dengan “Hari Kartini”
Kita tidak setuju jika sejarah hanya membicarakan bahwa perempuan yang mencemaskan kondisi dan berjuang mengangkat keberadaan perempuan ke permukaan hanya ibu kita Kartini. Tidak. Masih banyak pahlawan perempuan lain yang patut diapresiasi perjuangannya: Cut Nyak Dien, Rahmah El-Yunusiyah, Cut Nyak Meutia, Rohana Kudus, dan masih banyak perempuan lain yang berjuang di balik tirai sejarah. Tanpa pernah tersingakap jelas. Akan tetapi, saat ini kita tidak sedang membahas kontoversi Ibu Kartini. Terlampau panjang perjalanan untuk menjangkau kepastian.
Kita ambil saja ‘itibar perjuangan beliau. Seperti kata bijak bestari “Peradaban hanya dihuni oleh orang-orang yang menghargai sejarah”. Mari kita menukik sepak terjang Ibu kita Kartini dalam membebaskan perempuan yang dalam sejarah disebutkan terbelenggu jaring-jaring adat pingitan akan kebebasan aktualisasi diri untuk memetik buah pelajaran. Meski tidak in, tapi mudah-mudahan menjadi stimulator untuk berbuat lebih baik.
Satu hal yang khas dari ibu kita Kartini: ia senantiasa menuliskan event, pemikiran dan suasana perasaannya di atas kertas. Makanya gagasan kartini tentang kemajuan perempuan sampai kepada kita. Sekali lagi, meski banyak surat-surat beliau yang diperdebatkan keabsahannya.
Penanya tajam. Bermata perenungan panjang atas kondisi pada saat itu. Kata yang tersusun menjadi kalimat adalah guratan emosi dan perasaannya. Melalui tulisannya kita mengetahui pemikiran beliau yang kritis dan cerdas. Dalam buku Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) diungkapkan bahwa beliau seorang yang menghargai pengobatan alternatif perdukunan, tapi sekaligus menyayangakan orang-orang yang mengikutinya. Ia paham kalau penyakit bukan disebabkan oleh arwah jahat yang bisa diusir dengan asap. Ia sempat berkeinginan melanjutkan studi kedokteran di Betawi. Keinginan tersebut kandas sebab ayahnya melarangnya.
Pada saat menjelang pernikahan, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Beliau menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya disebutkan bahwa sang suami tidak hanya mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan, akan tetapi ia juga mendorong agar Kartni dapat menulis sebuah buku. Nah kelihatan sekali bukan, bahwa ibu kita Kartini bukanlah pengusung ulung feminis…?
Al-Qur’an sebagai inspirator tanpa cacat yang menginformasikan banyak hal, dunia dan segala ciptaannya yang agung, juga memberi isyarat kepada kita bahwa Allah mengajar manusia dengan perantaraan qolam – menulis dan membaca (al-‘Alaq: 4). Jadi sudah jelas berabad-abad yang lampau nafas menulis sudah dihembuskan.
Lagi-lagi kepada perempuan. Dari pernyatan-pernyataan di atas kita melihat bahwa dunia menulis tidak jauh dari dunia perempuan. Meski jasad terbelenggu, namun pemikiran akan dibebaskan oleh pedang bernama pena. Tulislah apa yang hendak ditulis. Sebab, kata yang sempat tertulis di atas kertas akan menjadi saksi sejarah atas apa yang telah kita lalui.
Pernahkan terlintas di benak kita untuk menuliskan bagaimana perasaan saat-saat pertama kita aqil-baligh...? menulis perasaan cemas: kita bukan anak kecil lagi yang terbebas dari dosa…? menulis saat-saat sulit menapaki kehidupan..? menulis segala percikan ide yang memanas…?
Pemikiran di atas kertas (buku) adalah ‘abadi’ yang memengaruh. Di atasnya ditancapkan tonggak kebijaksanaan yang dapat dirujuk oleh siapapun. Kita, perempuan, dapat mengumpul kekuatan dari menulis. Kekuatan yang hak.
Tapi tidak untuk menulis lepas kontrol seperti yang diperlihatkan penulis-penulis perempuan: Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Dinar Rahayu yang meraih kekuatan dan popularitasnya dengan tulisan yang beraroma eksploitasi tubuh perempuan dan menyoal tentang seksualitas belaka.
Na’uzubillahi min zalik.
Sebab, kata yang tertoreh juga menjadi bukti akan pengabdian kita kepada-Nya.
Ruang Pelita, Padangsidimpuan
250309: Saat matahari mulai naik sepenggalan
Tercurah dari hati yang dalam....
Senar Hidup
Rasa mengaduk suka, duka, lalu tawar dalam bejana
tak dapat ditawar
senja menemani hujan tercurah penuh
segala tak bisa dipilih dan diatur mutlak
sebab ada Yang Maha Mengatur
Memutar galuh kerasnya hidup
menyimak bisingnya jeritan manusia tertindas
sesak beku kelu
Hayat
sutra berwarna terajut penuh arti
renda florida
kalaupun berbatas tepi
ia didapat karena syukur yang meluap
Denting Fitrah
Rasa yang susah dicari defenisi
membawa ruh jiwa melayang terbang
ringan
terkadang ruh jiwa terpasak di pelataran bumi
berat
bergetar sendu
senyum dan cemas bertukar waktu
bohonglah rasa itu tidak ada
enyahlah rasa itu
tidak akan mungkin
musafir mana lagi
semua pernah merasa
ini fitrah
tak akan dapat ditakar
sulit dipaksa
hati menerjemahkan: ini fitrah
Segaris Jejak Rindu
Jelas melebihi sayup
senada
rindu
segaris jejak tertelan gemuruh
harumnya bersembunyi di gemelisik dedaunan
sulit mendera
Ruang Pelita, Padangsidimpuan
290309
Rabu, 25 Maret 2009
Poetries
Segaris Jejak Pilu di Mata
mengatup mata mendekap gemuruh luka perih
terlalu berdarah bila dibasuh
tak pernah dan tak akan
menggugat pada Pemilik pertama hingga akhir
“Kenapa harus sekeras ini hempasannya…?”
dipersilah tuk teriak
rumput menari tak lelah mengelus mata merah
desau angin rela meningkahi keluh pasrah
jejak-jejak pilu akan terhapus sendiri
hanya segaris
saat dengan agak paksa menanam ‘itikad
“Allah menyayangimu penuh…”
Ada Bekas Hitam di Keningmu
Kurasa ini bukti
malam sering berdua
bermesraan di pekat malam
bernuansa rahmat
Hiitam bukan sempurna
Menaiki sedikit ke perjumpaan alis
Teduh dan entah mengapa indah terlukis
Hanya bekas hitam
bukan sempurna
kenangan dari Dia
;kuyakin bekas rengkuh sujud panjangmu
Tertawakan Saja
Hidup getir
tak kurang dan lebihtak mesti disesali
tertawakan saja
menyingkir air mata
karena air mata milik Allah
dan ia punya hak menangis atas dosa berkelindan
bukan untuk meratapi takdir
Ruang Pelita, Padangsidimpuan
240309; Saat senja mulai turun
adik-adik jalannya dicepetin dikit dunkz...kita dah ketinggalan..
kali ni mohon seperti Asma' yang jalannya cepat..ya...
Selasa, 10 Maret 2009
SUMPAH PEMUDA DAN IDEALISME PEMUDA
Di satu pojok gang sekelompok pemuda asyik mengisap ganja, shabu, dan heroin. Beberapa meter di depannya berdiri sebuah mall, naik ke lantai tiga mata langsung tertumbuk pada pemandangan sekelompok pemudi dengan pakaian super tat (baca: ketat) dan terbuka tertawa cekikikan bersama pasangannya. Kemudian, di tengah kampus di bawah pohon rindang duduk melingkar empat pemuda yang bersitegang membela organisasinya masing-masing. Mengaku oraganisasi ini lebih bagus dibanding itu, mengklaim oragnisasi x lebih lurus dari y.
Itulah potongan kecil bagaimana kondisi pemuda belakangan ini. Ini masih parsial (sebagian). Masih pengamatan sekilas. Coba kalau survey dilaksanakan secara in, pasti masalah-masalah di dasaran akan muncul ke permukaan. Betapa kondisinya mengenaskan. Perlahan tapi pasti celah-celah destruktif pada pemuda (termasuk juga pemudi) semakin melebar, sepertinya akan meniru kondisi pemuda-pemudi di Barat.
Demikian-pun, kondisinya tidak bisa dipukul rata atas semua pemuda. Masih banyak pemuda yang berbenah diri untuk kesuksesan dirinya, keluarganya, dan bangsanya. Walau yang lain buruk, mereka berusaha menjadi yang terbaik diantaranya. Siapa tahu dengan keberadaan mereka menjadi penawar buat kondisi yang keruh. Tidak pernah lelah memperbaiki diri.
*****
Renungan Perjuangan Ikrar Sumpah Pemuda
Mata dan telinga kita mungkin sudah panas saking seringnya menerima informasi bahwa sejarah adalah cermin dan mahaguru yang terbaik untuk membangun masa depan yang jaya. Seperti kata seorang sejarawan Inggris, Sir John Robert Seeley, “We study history that we may be wise for the event” (Sigmun MD, Peranan Pemuda dari Sumpah Pemuda sampai Proklamasi, Bina Aksara).
Mau tidak mau, kita memang mesti sering-sering mengkaji ulang sejarah sebab secara tidak tersadar kita diingatkan kembali mengenai bait-bait sejarah yang sarat makna dan dituntun secara bijak menyikapi kehidupan ini. Al-Qur’an saja sebagai tuntunan utama kita dalam menjalani hidup ini banyak yang bernuansa sejarah. Kajian masa lalu kerap diajadikan gambaran i’tibar buat kehidupan masa kini.
Delapan puluh tahun sudah secara tegas dan konkret Sumpah Pemuda dicetuskan dan diikrarkan, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928 silam. Seberapa besar pengaruhnya ketika waktu bersejarah (Pengikraran Sumpah Pemuda) itu diperingati tiap tahunnya terhadap jiwa kepemudaan kita? Atau, adakah kesadaran itu muncul untuk memberikan yang terbaik buat tanah air tercinta tatkala membaca sejarah perjuangan para pemuda membangun pondasi meraih kemerdekaan?
Generasi muda 1928 mampu belajar dan menyadari keadaan “devide et impera”nya kaum penjajah Belanda hanya dapat dilumpuhkan dengan dengan persatuan dan kesatuan nasional Indonesia. Sehingga pada tanggal 28 Oktober 1928 mereka berhasil menciptakan senjata “trisula”, yakni sebilah tombak yang bermata tiga: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Inilah yang menggelorakan semangat para pemuda bahkan dada seluruh rakyat Indonesia untuk memperjuangkan bangsanya dari cengkeraman penderitaan akibat kezaliman. Dan, kita sekarang ini mampukah kita belajar mencari jalan keluar dari krisis multidimensional yang melingkupi negara ini sehingga sejarah tergores atas usaha kita?
Bukankah sepatutnya kita bersyukur atas Rahmat Allah kemudian menghargai hasil perjuangan yang gemilang para pemuda untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda tersebut? Bangsa Indonesia menjadi SATU BANGSA, mempunyai SATU TANAH AIR (tanah air Indonesia) dan menjunjung SATU BAHASA (bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan). Lihatlah bekas jajahan Inggris yang terpecah-belah menjadi beberapa negara: India, Pakistan, Bangladesh, dan Srilanka. Bekas jajahan Perancis teburai juga menjadi beberapa negara; Laos, Kamboja, dan Vietnam. Meskipun bangsa Indonesia yang memiliki beribu pulau dan diisi oleh ratusan suku bangsa dijajah Nederlandsch Indie (Belanda) namun kita masih tetap satu bangsa yang mempunyai satu tanah air dan satu bahasa.
Posisi Pemuda Dalam Kehidupan Berbangsa Saat Ini
Pemuda; PEnuh MUatan iDeAlisme. Memang benar. Namun, bagaimana eksistensi idealisme pemuda bertahan dalam peran fungsinya mendukung penyelenggaraan negara yang bersih? Bersih dari korup dan kerabat-kerabatnya. Bersih dari degredasi moral yang membooming. Bersih dari muatan politik belaka.
Idealisme yang selama ini tumbuh untuk berperan teguh di dalam perjuangan “bersih-bersih” di atas sering tidak teraktualisasi optimal oleh pemuda-pemudi ketika mereka berinteraksi dengan kekuasaan dan kelompok-kelompok kepentingan politik. Dapat diakui bahwa peran dan fungsi kepemimpinan pemuda sekarang berada pada fase ujian berat dan kritis untuk tetap tampil menjadi tulang punggung bangsa dalam mengawal perjalanan reformasi. Karena pemuda relatif disibukkan oleh ‘perang’ pemikiran hingga berimbas kepada sikap yang serba teledor. Pemuda dan pemudi yang easy be going to bertebaran di mana-mana. Perilaku-perilaku menyimpang juga sering terjadi. Bukankah ini turut mengoyak –moyak keadaan bangsa? Akan terjadi pula kelangkaan dan mandulnya ide cemerlang dari pemuda masa kini yang akan menjadi ladang subur tumbuh dan berkembangnya praktik korupsi dan tindakan jahat lainnya.
Kiranya ikrar Sumpah Pemuda Indonesia,
PERTAMA : KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU, TANAH AIR INDONESIA
KEDUA : KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENGAKU BERBANGSA YANG SATU, BANGSA INDONESIA
KETIGA : KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA
Batavia ( Jakarta), 28 Oktober 1928 (Ejaannya disesuaikan dengan EYD)
bukan hanya sekedar teks yang diulang-ulang ketika memperingatinya. Namun lebih dari sekedar itu, bisa menyemai kembali kesadaran yang tertimbun untuk membangun bangsa ini. Kini dan esok menanti perjuangan pemuda dengan keberanian untuk berikrar membebaskan rakyat dari bentuk kezaliman dan keterpurukan.
Ruang Pelita, Padangsidimpuan
14 Okt 08, 01:15
Senin, 02 Maret 2009
percikanide
REMAJA MUSLIM VS VALENTINE’S DAY
Ssst…stt! Bacanya jangan keras-keras!
Lho kenapa?
Udah, poko’e jangan!
“Minjiling14 Fibriiri idih inggik ising ligi iring-iring tiritimi rimiji ngibiciriin vilintini’s diy. Kili pimbiciriinnyi minilik vilintini’s diy, it’s ik! Bit, kili pimbiciriinnyi birincini ngiriyiin vilintini’s diy, ih ni! Siy ni ti vilintin!” *
Capek ya bacanya? : )
Makanya jangan keras-keras, nanti orang sekitar mencap kamu udah punya kelainan. Ok dech, kita damai buat ngabahas Remaja Muslim Vs Valentine’s Day.
Muslim seorang bagi, perbuatannya segala terlepas tidak dari hukum ( syari’at) dan wajib mengetahui ia perbuatan hukum itu suatu sebelum tersebut perbuatan dilaksanakannya.*
Lhoo, koq makin hancur siiicch?
Eii…ttt..tt..tunggu! tunggu! Jangan lari dulu! Tuntaskan dulu dunkz bacaannya!
It’s serious!
Banyak di antara kita yang tidak sadar selama ini, apa yang digandrungi ternyata adopsi dari budaya Barat yang notabene kebanyakan produk dari kaum Kristiani. Yup! Salah satunya valentine’s day! Dengan bangganya pula menyuarakan , “Valentine’s day…! Valentine’s day..!” uuuh malu-maluin aza! Lucu banget khan, remaja muslim lebih bangga-banggain produk orang lain, sedangkan produk Islam (bagian dari intesitas kita) dilupakan begitu saja.
Pada umumnya yang ngerayain valentine adalah remaja yang ingin dianggap gaul dan emang udah punya ‘kekasih hati’. Jadi, biar hubungannya lebih romantis, ya mesti ikut ngerayain valentine. Gitu kate mereka.
Trus kate kite – remaja muslim – mengenai Valentine, ape? Ya itu tadi, tindakan kita itu harusnya terlebih dahulu dilihat pake lensa Islam. Kalau Islam mandang itu jelek, ya tinggalin dunkz itu valentine. Dan sebaliknya jika ada sesuatu yang dianggap Islam baik, maka jangan tunda-tunda laksanain aza.
Kalau hari gini masih berniat mo ngerayain valentine, iiih mikir sembilan kali dulu dech. Mudhoratnya terlalu banyak, guyz. Pertama, kita akan dicap golongan mereka (Kristiani).Eeh, koq bisa? Khan kita lahir dari keluarga muslim, KTP juga menyebutkan kalau situ penganut agama Islam, dan sholat dikerjain meski kadang-kadang belang. Biar gini-gini gak bakalan mau dicap ama yang begituan!
Makanya, ingat nich hadis, “ Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari golongan tersebut” (H.R Abu Daud).
Ni dia asal muasal Valentine: ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang valentine. Pertama, pada tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St. Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya. Jadi, untuk mengenang St. Valentine, masyarakat pada saat itu merayakannya dengan pesta pora (pesta minuman keras dan pesta sex ) setiap tahunnya. Makanya, tiap perayaan valentine itu tidak mengherankan lagi angka terenggutnya ‘kesucian’ wanita meningkat.
Versi kedua menyebutkan bahwa raja Claudius memandang bahwa para bujangan yang belum menikah lebih dapat diandalkan daripada laki-laki yang telah menikah, maka keluarlah surat edaran yang melarang setiap laki-laki untuk menikah. Tetapi, St. Valentine menolak hal tersebut. Secara diam-diam ia tetap menikahkan orang lain sampai suatu ketika diketahui pihak kerajaan. Dapat ditebak, riwayat Valentine berakhir. Namun, sebelum berakhir di tiang gantungan ia masih sempat menulis kartu ungkapan perasaannya terhadap putri seorang penjaga penjara, gini nih bunyinya “Dari yang tulus cintanya, Valentine”. Sebagai ungkapan rasa terima kasih mereka terhadap valentine sebagai ‘pahlawan yang memperjuangkan cinta dan kasih’ maka setiap tahunnya mereka merayakanannya.
Cukup dua versi saja ya, sebab pada hakikatnya sejarah perayaan valentine adalah sebentuk perayaan terima kasih mereka atas pendeta St. Valentine – Bapak simbol cinta dan kasih – yang telah merelakan dirinya di tiang gantungan demi melawan perintah Claudius pada saat itu.
Kalau kite-kite udah pada tahu sejarah valentine, tapi tetap mau ngerayainnya siap-siap dech dikasih predikat orang yang zalim. Firman Allah:
“…Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu (keterangan-keterangan), sesungguhnnya kalau demikian kamu termasuk golongan orang-orang yang zalim” (al-Baqaroh: 145).
Zalim di sini adalah kita menyiksa diri kita sendiri. Baik dengan kemurkaan Allah di dunia maupun azab. Mudhorat (kerugian) lainnya dari perayaan valentine:apa yang kita berikan sebagai hadiah gak akan bernilai pahala di sisi Allah lagi karena sudah terkontaminasi dengan niat lain – karena valentine’s day, mending uang buat hadiah/bingkisan or biaya untuk rayain valentine’s day dialihkan kepada kebutuhan lain, trus hati kita sudah tentu semakin jauh dari Allah karena kita menyengaja melanggar larangan Allah.
Trus ada yang nanya, “ Gimana kalo orang lain yang berikan bingkisan ucapan valentine’s day” kepada kita. Gak mungkin khan bingkisannya dibuang begitu saja, mubazir atuh. Solusi untuk yang demikian: kamu balik kirim bingkisan yang lebih menarik tapi bukan ngucapin selamat valentine’s day, tapi coba saja kirim bersama kata-kata taujih yang menyentuh dan selipkan dalam Islam itu tidak ada valentine’s day. No valentine’s day ini Islam!
Sudah saatnya segala pikiran dan tindakan kita ditilik melalui lensa ajaran Islam nan mulia. Kapan lagi kita memulai untuk menjadi muslim kaaffah, kalau hal yang demikian – valentine’s day – kita masih geruh.
Allohumma, ampuni diri kami yang lalai di tengah arus dunia-Mu
Wahai Rasul, maafkan kami yang telah banyak melupakan khazanah yang kau tinggalkan
Maafkan kami yang lebih mencintai dunia dan perniknya dari dirimu…
*Menjelang14 Februari udah enggak asing lagi orang-orang terutama remaja ngebicarain valentine’s day. Kalo pembicaraannya menolak valentine’s day, it’s ok! But, kalo pembicaraannya berencana ngerayain Valentine’s day, oh no! Say no to valentine!”
*Bagi seorang Muslim, segala perbuatannya tidak terlepas dari hukum ( syari’at) dan ia wajib mengetahui hukum suatu perbuatan itu sebelum perbuatan tersebut dilaksanakannya
Ruang Pelita, Padangsidimpuan
220109: