Selasa, 28 April 2009

Huuuupphh....Clinx.....Mari Perbaiki Diri....

Saling Menjaga Diri....Siiip Dech.....!

“Sekarang, susah sekali mencari pendamping ideal!” ungkap seorang lelaki yang berada tidak jauh dari tempat duduk kami sewaktu istirahat di kantin.

“Hee...” aku bergumam sambil memasang ekspresi wajah tanda tanya, mengapa.

“Iya, satu karena susah mendapatkan yang soulmate – sejiwa. Kedua, sekarang yang namanya tampilan cover belum sepenuhnya menggambarkan dalamnya gimana. Dengan kata lain, seorang yang nampak agamis belum tentu pribadinya agamis. Contohnya saja,” ia melihat kami sejenak dan melanjutkan “ maaf kata, mudah-mudahan kalian tidak termasuk, jilbaber sekarang yang nampaknya santun, lugu, ta’at ternyata pacaran juga.”

Saya mengernyitkan dahi. Ia melanjutkan, “Soalnya saya sendiri sudah pernah menguji jilbaber, mengajaknya menjadi kekasihku, ternyata jilbaber itu kasih lampu hijau. Lain kali lagi, saya dan teman-teman ingin menguji jilbaber lain. Soalnya saya masih ragu. Ternyata hasilnya tidak jauh beda, mereka mudah memberi lampu hijau…”

“Ahhhh…”

*****

Apa yang terbetik di hati, ketika orang mengatakan perempuan jilbaber gak jauh beda dengan perempuan yang gak mengcover dirinya dengan hijab rapi? Menolak tentunya plus sakit hati, bukan kita yang membuka cempedak eeeh getahnya belepotan sama kita.

Banyak sudah artikel yang ngungkapin kalau yang megang kunci biar pacaran gak terjadi, ada pada perempuan itu sendiri – jilababernya.

Tapi, adilkah bila perempuan selalu dituding salah melalaikan kunci dengan membuka hatinya menerima cinta yang belum menjadi haknya? Seolah-olah perempuan-lah yang selalu memulai aktivitas bernama pacaran. Padahal belum tentu, bukan? Banyak juga para lelaki-lah yang memulainya.

Cita-cita menjaga cinta yang dirdhoi Allah sebenarnya ada pada setiap perempuan (tanyakan pada nurani, insya Allah dia gak akan bohong : ) )

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu…” (QS. Al-Rum: 30).

Para mufassirin menjelaskan bahwa memang pada dasarnya manusia cenderung ingin berbuat kebaikan. Tapi, fitrah itu akan membelok dari kebaikan bila lingkungan buruk terlalu menguasai ditambah kita tidak mampu membentengi fitrah itu dengan penjagaan ketat.

Perempuan dengan perasaan lembutnya akan luruh juga bila para lelaki menciptakan suasana agar melangkah ke ‘sana’. Dan, setan yang semenjak dahulu kadung berjanji menggoda manusia sampai kiamat datang menghembuskan pembenaran aktivitas itu dengan mengatakan: langkah untuk mengenal lelaki yang cocok (ta’aruf), siapa tahu jodohan.

Ibarat kutub magnet, ia gak akan bergerak kalau tidak ada kutub berlawanan yang mendekati. Sehingga tidak lebih baik-kah kita menjaga kutub-kutub hati kita masing-masing agar tidak berdekatan?

Yah, laki-laki dan perempuan. Sebab, dalam al-Qur’an saja ada isyarat demikian (al-Nur: 30-31) yang kira-kira artinya:

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…

Artinya, perintah menjaga kesucian bukan hanya pada perempuan, bahkan pada ayat di atas laki-laki yang lebih dahulu diseru menjaga kesucian baru perempuan.

*****

Saling Menyalahkan, Bukan Solusi

Sepertinya, aktivitas yang satu ini (aktivitas?), bisa jadi tolak ukur seseorang menilai kualitas pribadi. Terutama buat para akhwat. Kenapa tidak? Sebab dari situ juga akan ternilai kualitas iman seseorang. Seorang yang imannya teguh akan berupaya menghindari aktivitas itu karena yakin akan muroqobatullah, pengawasan dari Allah. Dan, tidak berani memupuk cinta yang belum haknya

Memang tidak mudah menyadarkan orang yang sedang dilanda cinta semu. Terlalu indah untuk ditinggalkan, begitu kata mereka. Dalil haram pacaran-pun mungkin tidak digubris lagi, sebab mereka juga akan menggunakan dalil untuk membenarkan aktivitas tersebut: saling mengenal pribadi sebelum ke jenjang pernikahan!

Tidak menutup kemungkinan kita bisa menyadarkan saudara-saudari kita untuk meniti jalan yang lebih selamat. Bukan sekedar mencela. Sebab, mencela sama saja berusaha menjauhkan mereka dengan kita. Melihat kondisi seperti ini, tidak ada jalan lain kecuali menyadarkannya dengan nasehat, berusaha menciptakan kondisi yang kondusif untuk rukhuyahnya, dan berdo’a semoga Allah tetap menuntun jalan kita semua.

Intinya, dalam menjaga amanah dari Allah – menjaga kehormatan diri – ini, perlu sebuah i’tikad yang baik di anatara kita semua. Maka, bantu kami akhi menjaga cinta suci ini sampai Allah meridhoi-Nya….

Ruang Pelita, Padangsidimpuan

Tuk para mujahidah STAIN:

saling menguatkan, yuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar