Selasa, 10 Maret 2009

SUMPAH PEMUDA DAN IDEALISME PEMUDA

SUMPAH PEMUDA DAN IDEALISME PEMUDA

Di satu pojok gang sekelompok pemuda asyik mengisap ganja, shabu, dan heroin. Beberapa meter di depannya berdiri sebuah mall, naik ke lantai tiga mata langsung tertumbuk pada pemandangan sekelompok pemudi dengan pakaian super tat (baca: ketat) dan terbuka tertawa cekikikan bersama pasangannya. Kemudian, di tengah kampus di bawah pohon rindang duduk melingkar empat pemuda yang bersitegang membela organisasinya masing-masing. Mengaku oraganisasi ini lebih bagus dibanding itu, mengklaim oragnisasi x lebih lurus dari y.

Itulah potongan kecil bagaimana kondisi pemuda belakangan ini. Ini masih parsial (sebagian). Masih pengamatan sekilas. Coba kalau survey dilaksanakan secara in, pasti masalah-masalah di dasaran akan muncul ke permukaan. Betapa kondisinya mengenaskan. Perlahan tapi pasti celah-celah destruktif pada pemuda (termasuk juga pemudi) semakin melebar, sepertinya akan meniru kondisi pemuda-pemudi di Barat.

Demikian-pun, kondisinya tidak bisa dipukul rata atas semua pemuda. Masih banyak pemuda yang berbenah diri untuk kesuksesan dirinya, keluarganya, dan bangsanya. Walau yang lain buruk, mereka berusaha menjadi yang terbaik diantaranya. Siapa tahu dengan keberadaan mereka menjadi penawar buat kondisi yang keruh. Tidak pernah lelah memperbaiki diri.

*****

Renungan Perjuangan Ikrar Sumpah Pemuda

Mata dan telinga kita mungkin sudah panas saking seringnya menerima informasi bahwa sejarah adalah cermin dan mahaguru yang terbaik untuk membangun masa depan yang jaya. Seperti kata seorang sejarawan Inggris, Sir John Robert Seeley, “We study history that we may be wise for the event” (Sigmun MD, Peranan Pemuda dari Sumpah Pemuda sampai Proklamasi, Bina Aksara).

Mau tidak mau, kita memang mesti sering-sering mengkaji ulang sejarah sebab secara tidak tersadar kita diingatkan kembali mengenai bait-bait sejarah yang sarat makna dan dituntun secara bijak menyikapi kehidupan ini. Al-Qur’an saja sebagai tuntunan utama kita dalam menjalani hidup ini banyak yang bernuansa sejarah. Kajian masa lalu kerap diajadikan gambaran i’tibar buat kehidupan masa kini.

Delapan puluh tahun sudah secara tegas dan konkret Sumpah Pemuda dicetuskan dan diikrarkan, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928 silam. Seberapa besar pengaruhnya ketika waktu bersejarah (Pengikraran Sumpah Pemuda) itu diperingati tiap tahunnya terhadap jiwa kepemudaan kita? Atau, adakah kesadaran itu muncul untuk memberikan yang terbaik buat tanah air tercinta tatkala membaca sejarah perjuangan para pemuda membangun pondasi meraih kemerdekaan?

Generasi muda 1928 mampu belajar dan menyadari keadaan “devide et impera”nya kaum penjajah Belanda hanya dapat dilumpuhkan dengan dengan persatuan dan kesatuan nasional Indonesia. Sehingga pada tanggal 28 Oktober 1928 mereka berhasil menciptakan senjata “trisula”, yakni sebilah tombak yang bermata tiga: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Inilah yang menggelorakan semangat para pemuda bahkan dada seluruh rakyat Indonesia untuk memperjuangkan bangsanya dari cengkeraman penderitaan akibat kezaliman. Dan, kita sekarang ini mampukah kita belajar mencari jalan keluar dari krisis multidimensional yang melingkupi negara ini sehingga sejarah tergores atas usaha kita?

Bukankah sepatutnya kita bersyukur atas Rahmat Allah kemudian menghargai hasil perjuangan yang gemilang para pemuda untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda tersebut? Bangsa Indonesia menjadi SATU BANGSA, mempunyai SATU TANAH AIR (tanah air Indonesia) dan menjunjung SATU BAHASA (bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan). Lihatlah bekas jajahan Inggris yang terpecah-belah menjadi beberapa negara: India, Pakistan, Bangladesh, dan Srilanka. Bekas jajahan Perancis teburai juga menjadi beberapa negara; Laos, Kamboja, dan Vietnam. Meskipun bangsa Indonesia yang memiliki beribu pulau dan diisi oleh ratusan suku bangsa dijajah Nederlandsch Indie (Belanda) namun kita masih tetap satu bangsa yang mempunyai satu tanah air dan satu bahasa.

Posisi Pemuda Dalam Kehidupan Berbangsa Saat Ini

Pemuda; PEnuh MUatan iDeAlisme. Memang benar. Namun, bagaimana eksistensi idealisme pemuda bertahan dalam peran fungsinya mendukung penyelenggaraan negara yang bersih? Bersih dari korup dan kerabat-kerabatnya. Bersih dari degredasi moral yang membooming. Bersih dari muatan politik belaka.

Idealisme yang selama ini tumbuh untuk berperan teguh di dalam perjuangan “bersih-bersih” di atas sering tidak teraktualisasi optimal oleh pemuda-pemudi ketika mereka berinteraksi dengan kekuasaan dan kelompok-kelompok kepentingan politik. Dapat diakui bahwa peran dan fungsi kepemimpinan pemuda sekarang berada pada fase ujian berat dan kritis untuk tetap tampil menjadi tulang punggung bangsa dalam mengawal perjalanan reformasi. Karena pemuda relatif disibukkan oleh ‘perang’ pemikiran hingga berimbas kepada sikap yang serba teledor. Pemuda dan pemudi yang easy be going to bertebaran di mana-mana. Perilaku-perilaku menyimpang juga sering terjadi. Bukankah ini turut mengoyak –moyak keadaan bangsa? Akan terjadi pula kelangkaan dan mandulnya ide cemerlang dari pemuda masa kini yang akan menjadi ladang subur tumbuh dan berkembangnya praktik korupsi dan tindakan jahat lainnya.

Kiranya ikrar Sumpah Pemuda Indonesia,

PERTAMA : KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU, TANAH AIR INDONESIA
KEDUA : KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENGAKU BERBANGSA YANG SATU, BANGSA INDONESIA
KETIGA : KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA
Batavia ( Jakarta), 28 Oktober 1928 (Ejaannya disesuaikan dengan EYD)

bukan hanya sekedar teks yang diulang-ulang ketika memperingatinya. Namun lebih dari sekedar itu, bisa menyemai kembali kesadaran yang tertimbun untuk membangun bangsa ini. Kini dan esok menanti perjuangan pemuda dengan keberanian untuk berikrar membebaskan rakyat dari bentuk kezaliman dan keterpurukan.

Ruang Pelita, Padangsidimpuan

14 Okt 08, 01:15




Tidak ada komentar:

Posting Komentar